ENGLISH/INDONESIAN
Monumen Dwikora Nunukan terletak di jalan Jendral Ahmad Yani, Nunukan, kabupaten Nunukan, propinsi Kalimantan Utara. Monumen Dwikora ini terletak di seberang Alun-alun Nunukan.
Monumen dwikora Nunukan ini didirikan untuk mengenang perjuangan para pahlawan pendahulu dalam mempertahankan kemerdekaan dan memperjuangkan NKRI pada saat konfrontasi dengan Malaysia pada tahun 1964 dan menjadi kebanggaan masyarakat Nunukan dan Indonesia secara keseluruhan.
Tanggal 16 September 2013 Tugu Dwikora yang terletak di sisi barat Alun-alun Kota Nunukan mulai di renovasi. Tugu Dwikora Sebelum direnovasi yang terbuat dari kayu ulin yang asli Kalimantan itu, ini hanya memiliki tinggi empat meter. Setelah direnovasi, Tugu Dwikora kini dibangun dari beton berlapis keramik dengan tinggi 17meter.
Tugu ini memiliki tujuh sisi yang melambangkan Sapta Marga. Sementara di bagian pondasi tugu, terdapat plakat yang memuat nama-nama para pahlawan Dwikora yang gugur dalam konfrontasi dengan Malaysia dilengkapi stupa berwarna merah yang bermakna pemberani pada tiga sisinya berdiri dinding keramik juga setinggi 10 meter dengan tatahan tulisan besar Tugu Dwikora. Pembangunan selesai tanggal 11 Nopember 2013.
Bangunan Tugu Perjuangan Dwikora tersusun tiga alutsista antara lain Tank Amphibi PT-76 (merupakan tank yang digunakan dalam Ops Dwikora tahun 1964-1965 dan Ops Seroja tahun 1975-1979), Jangkar dan meriam Howitzer 122 mm yang diberikan secara khusus oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio kepada masyarakat Nunukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas jasa para pahlawan pendahulu dalam memperjuangan NKRI pada saat konfrontasi dengan Masalaysia pada tahun 1964.
14 Desember 2013 Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Dr. Marsetio meresmikan Tugu Perjuangan Dwikora.Dalam amanatnya Kasal mengharapkan, tugu ini memiliki makna bagi generasi muda Indonesia, khususnya di Kabupaten Nunukan atas kegigihan perjuangan masa lalu merebut dan mempertahankan NKRI dari rongrongan negara tetangga. Kasal juga mengharapkan kepada masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Nunukan agar dapat memelihara dan merawat monumen bersejarah tersebut agar tetap tegak berdiri secara kokoh.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Nunukan, Hj Asmah Gani menyampaikan bahwa peresmian Tugu Dwikora mempunyai makna bagi masyarakat setempat karena mengingatkan kembali peristiwa sejarah perjuangan Bangsa Indonesia pada masa lalu yang berkaitan dengan hubungan bangsa Indonesia dengan Malaysia.
Asmah Gani mengingatkan, sejarah perjuangan mempertahankan NKRI akibat neo kolonialisme, 3 Mei 1964, Presiden RI pertama Ir Soekarno menyerukan Dwi KomandoRakyat yang dikenal dengan sebutan Dwikora.
Peristiwa perjuangan yang dimanifestasikan dalam Dwikora tersebut atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Pengganyangan Malaysia merupakan bukti kekuatan bangsa Indonesia kala itu dalam rangka menegakkan perdamaian dunia dengan menghapuskan segala bentuk penjajahan.
Monumen Dwikora Nunukan terletak di jalan Jendral Ahmad Yani, Nunukan, kabupaten Nunukan, propinsi Kalimantan Utara. Monumen Dwikora ini terletak di seberang Alun-alun Nunukan.
Lihat Monumen Dwikora Nunukan di peta yang lebih besar
Tanggal 16 September 2013 Tugu Dwikora yang terletak di sisi barat Alun-alun Kota Nunukan mulai di renovasi. Tugu Dwikora Sebelum direnovasi yang terbuat dari kayu ulin yang asli Kalimantan itu, ini hanya memiliki tinggi empat meter. Setelah direnovasi, Tugu Dwikora kini dibangun dari beton berlapis keramik dengan tinggi 17meter.
Tugu ini memiliki tujuh sisi yang melambangkan Sapta Marga. Sementara di bagian pondasi tugu, terdapat plakat yang memuat nama-nama para pahlawan Dwikora yang gugur dalam konfrontasi dengan Malaysia dilengkapi stupa berwarna merah yang bermakna pemberani pada tiga sisinya berdiri dinding keramik juga setinggi 10 meter dengan tatahan tulisan besar Tugu Dwikora. Pembangunan selesai tanggal 11 Nopember 2013.
Bangunan Tugu Perjuangan Dwikora tersusun tiga alutsista antara lain Tank Amphibi PT-76 (merupakan tank yang digunakan dalam Ops Dwikora tahun 1964-1965 dan Ops Seroja tahun 1975-1979), Jangkar dan meriam Howitzer 122 mm yang diberikan secara khusus oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio kepada masyarakat Nunukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas jasa para pahlawan pendahulu dalam memperjuangan NKRI pada saat konfrontasi dengan Masalaysia pada tahun 1964.
14 Desember 2013 Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Dr. Marsetio meresmikan Tugu Perjuangan Dwikora.Dalam amanatnya Kasal mengharapkan, tugu ini memiliki makna bagi generasi muda Indonesia, khususnya di Kabupaten Nunukan atas kegigihan perjuangan masa lalu merebut dan mempertahankan NKRI dari rongrongan negara tetangga. Kasal juga mengharapkan kepada masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Nunukan agar dapat memelihara dan merawat monumen bersejarah tersebut agar tetap tegak berdiri secara kokoh.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Nunukan, Hj Asmah Gani menyampaikan bahwa peresmian Tugu Dwikora mempunyai makna bagi masyarakat setempat karena mengingatkan kembali peristiwa sejarah perjuangan Bangsa Indonesia pada masa lalu yang berkaitan dengan hubungan bangsa Indonesia dengan Malaysia.
Asmah Gani mengingatkan, sejarah perjuangan mempertahankan NKRI akibat neo kolonialisme, 3 Mei 1964, Presiden RI pertama Ir Soekarno menyerukan Dwi KomandoRakyat yang dikenal dengan sebutan Dwikora.
Peristiwa perjuangan yang dimanifestasikan dalam Dwikora tersebut atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Pengganyangan Malaysia merupakan bukti kekuatan bangsa Indonesia kala itu dalam rangka menegakkan perdamaian dunia dengan menghapuskan segala bentuk penjajahan.
No comments:
Post a Comment