Thursday, 15 January 2015

GUNUNG PAPANDAYAN YANG MENAKJUBKAN

ENGLISH/INDONESIAN

Tiga tahun lalu penulis telah melakukan tamasya ke kawah Gunung Papandayan. Pada desember 2014 lalu penulis kembali melakukan kunjungan ke gunung Papandayan. Jika pada kunjungan yang lalu penulis hanya berkunjung sampai ke kawah gunung papandayan, maka pada kunjungan kali ini pendakian dilakukan hingga ke Padang Edelweis Tegal Alun.

Perjalanan di mulai dari Jakarta tanggal 26 Desember 2014 jam 7 : 30 bersama istri dan tiga orang putra-putri kami. Karena perjalanan dilakukan hari Jumat, ditargetkan tiba di desa Cisurupan yang terletak di lereng gunung papandayan sebelum jam 12 siang dan melakukan jumatan di sana. Namun target tersebut meleset karena kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan tol jakarta - Bandung. Biasanya sampai pintu keluar tol cileunyi di tempuh skitar 1,5 jam, namun kali ini ditempuh dalam waktu 3,5 jam. Akhirnya ibadah shalat jumat kami lakukan di masjid sebelum kota Garut.

Parkir Area / Camp David
Akhirnya kami tiba di area parkir gunung papandayan atau sering disebut Camp David sekitar jam 13:30. Jalan dari Cisurupan ke Parkir area saat ini kondisinya jauh lebih baik dari pada tiga tahun yang lalu di mana saat itu kondisi jalan rusak parah. Perbaikan telah dilakukan pada bulan oktober 2014. Hal ini karena banyaknya komplain dari pengunjung/pendaki dimana pada saat 17 Agustus 2014 terdapat sekitar 30.000 pengunjung ke gunung papandayan.
Foto parkir area Gunung Papandayan

Di parkir area ini pengunjung melakukan pendaftaran/lapor di pos masuk. Kami dikenakan biaya Rp 53.000 untuk lima orang dan satu kendaraan. Jangan lupa simpan baik-baik tanda lapor tersebut untuk nantinya diserahkan kembali saat pulang.
Kolam renang air panas Gunung Papandayan
Kondisi parkir area dibandingkan tiga tahun lalu jumlah kios pedagang dan juga fasilitas penunjang lebih banyak. Terdapat fasilitas empat buah toilet, 2 buah diantaranya bisa digunakan untuk buang air besar. Selain itu terdapat juga fasilitas Mushalah, sayangnya waktu itu kran air untuk wudhu tidak mengeluarkan air, jadi harus wudhu di toilet. Selain itu juga terdapat kolam renang air hangat yang airnya berwarna hijau keruh. Sayangnya selain airnya berwarna keruh juga tempatnya kurang terawat sehingga pengunjung enggan berenang di kolam tersebut. Kios-kios pedagagang menjajakan, makanan, souvenir serta beberapa perelengkapan pendakian seperti masker, jas hujan dan lain-lain.

Parkir area berada pada ketinggian 2009 m di atas permukaan laut (dpl). Setelah melakukan persiapan maka kami semua mulai melakukan pendakian ke kawah Papandayan. Karena saat itu hujan cukup besar maka kami mengenakan jas hujan dan membawa payung. Jangan lupa membawa masker dan perlengkapan foto. Meskipun sudah mengenakan jas hujan payung juga diperlukan untuk melindungi kamera saat pengambilan gambar pada kondisi hujan lebat. serta dapat juga digunakan sebagai tongkat untuk pendakian.

Kawah Papandayan

Jalan menuju ke kawah papandayan relatif terbuka melewati traking bebatuan. Ketinggian kawah papandayan sekitar 2170 m dpl. ditempuh sekitar 1 jam. Karena gunung Papandayan adalah gunung yang aktif, maka di kawah papandayan banyak terdapat lubang-lubang yang menyemburkan asap keputihan disertai suara desisan yang cukup keras. Asap ini banyak mengandung belerang sehingga akan terasa pedih jika terkena mata serta terasa sakit juka terhisap paru-paru. Sebaiknya anda mengenakan masker dan tidak terlalu lama di area yang banyak asapnya.

Pemandangan di sekitar kawah papandayan sungguh luar biasa. Dari situ terlihat hamparan awan putih yang berada di bawah kita. Penulis menyebutnya negri di atas awan. Batuan yang terkena semburan asap belerang warnanya menjadi kekuningan. Hal ini mungkin penyebab kawah gunung papandayan sering juga di sebut kawah Mas.Dari poss kawah Papandayan ini sebenarnya kami berencana melanjutkan ke danau kawah Papandayan, namun karena hari sudah terlalu sore menjelang magrib, maka kami batalkan rencana tersebut. Di kawah Papandayan signal indosat dan XL bisa diterima, untuk operator lain kami tidak sempat cek. Sayangnya untuk komunikasi data/internet sangat lambat. Sedangkan di camp David semua no signal
  
Camping di camp David
Setelah puas berfoto ria kami kembali ke Camp David dan berkemah di sana, di sebelah mushalah. Hati-hati banyak ulat kecil-kecil di sana. Hawa di camp david ternyata sangat dingin. Alas tenda sudah diberi terpal, tenda double deck serta di dalam tenda dialasi lagi tikar, namun hawa dingin tetap tembus punggung, padahal penulis sudah mengenakan kaus kaki, kupluk dan jaket saat tidur. Setelah ditambah alas sajadah dan tambah lagi sarung baru rasa dingin dari bawah agak berkurang. Yang mengherankan, anak-anak dapat tertidur lelap saat itu..Mungkin anda perlu membawa sleeping bag jika ingin berkemaah disana. Penulis sendiri mebawa hanya satu buah sleeping bag yang difungsikan sebgai selimut untuk anak-anak.
Pendakian Gunung Papandayan
Pagi hari setelah shalat subuh, sarapan, bongkar tenda dan kemas-kemas akhirnya kami mulai pendakian jam 07:08. Untuk pendakian kali ini karena perjalanan cukup berat dan jauh, maka istri tidak ikut dan menunggu di camp david. Untuk melakukan pendakian jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman yang cukup serta pakaian pengganti serta jaket yang dikemas dalam plastik besar (kalau bisa dobel plastiknya) agar tidak basah jika kondisi hujan lebat. Jangan lupa pula jas hujan alat foto dan payung. Peta dan GPS  juga diperlukan. Smartphone dapat digunakan disini sebagai kamera, GPS, kompas, senter, gambar peta, juga alat komunikasi. Anda dapat gunakan peta interaktif berikut ini untuk membantu pendakian anda, Peta interaktif ini bisa diperbesar dan diperkecil sesuai kebutuhan, juga dilengkapi nama lokasi, kordinat dan ketinggian Tiap lokasi,


Peta interaktif gunung Papandayam dan jalur tracking nya

Pendakian papandayan Pos 1 (kawah Papandayan) ke Pos 2 (Gober Hut) 
Jalur pendakian kembali melewati kawah papandayan. Di pos kawah Papandayan (Pos 1) ini terdapat beberapa kios yang menjajakan makanan ringan. Dari sini pendakian dilanjutkan ke Pos Gober Hut atau Lawang Angin. Perjalan ke Pos Gober Hut dari kawah papandayan medannya pertama adalah menuruni jalan bebatuan dengan medan terbuka. Selanjutnya menuruni hutan menuju sungai. Setelah menyeberangi sungai kecil jalan kembali mendaki melewati hutan. Keluar dari hutan medan melawati jalan batu yang cukup lebar seukuran dua mobil hingga pos Gober Hut.
Dari Pos 1 ke Pos 2 sebenarnya dahulunya ada jalur yang lebih ringan tanpa harus turun ke sungai, namun jalur ini terputus karena tanah longsor. Di peta jalur berwarna merah pendek. Selain itu dari Pos 1 juga bisa langsung ke Hutan mati tanpa melalui Pos 1 dan pondok Saladah. (di peta di tandai jalur merah panjang) Namun jalur ini juga ditutp karena berbahaya dan rawan longsor. Selain itu juga tidak ada pos pendaftaran setelah hutan mati.
Foto track Gunung Papandayan Pos 1 - Pos 2
Dari Pos 1 ke Pos 2 hujan mulai turun rinnik-rintik. Untuk perlindungan terhadap hujan kami kenakan jas hujan bagian atas saja.
Foto track Gunung Papandayan Pos 1 - Pos 2 menyebrang sungai kecil

Pos 2 (Gober Hut) 
Pos Gober Hut berada pada ketinggian 2290 m dpl. Di lokasi ini terdapat satu buah pos pendaftaran jika ingin melanjutkan perjalanan ataupun berkemah. Selain itu terdapat pula tiga buah rumah sekaligus kios pedagang makanan serta toilet dan mushalah. Jika anda bermaksud menambah perbekalan ataupun makan sebaiknya di pos ini. Karena harga di sini lebih murah dari pada di kios Gunung Salada.
Foto jalan batu ke Pos Gober Hut
 Di Pos 2 ini terdapat beberapa pendaki yang berkemah di sini.
Pemilik kios paling ujung arah gunung salada sangat ramah dan sangat membantu kami. Pada saat kembali setelah melakukan pendakian kondisi kami semua menggigil kedinginan karena pada saaat melakukan pendakian dan turun kembali kondisi hujan lebat hingga air tembus jas hujan dan pakaian

Sebelum melanjutkan pendakian kami menambah perbekalan disini dengan membeli bebrapa botol aqua.

Pondok Saladah
Perjalanan selanjutnya menuju ke Pondok Saladah hujan mulai agak besar sehingga kami kenakan jas hujan lengkap atas dan bawah. Rute Pos 2 ke Pondok saladah semuanya melalui hutan dengan kondisi jalan tanah.
Di Pondok saladah terdapat fasilitas Toilet, dan beberapa kios. Di Pondok Saladah sudah mulai tumbuh pohon edelweis namun tidak terlalu banyak. Saat kami tiba kondisi pondok Salagah sangat ramai. Terdapat puluhan tenda yang didirkan di sana.
Kami tidak berhenti lama di Pondok Saladah dan melanjutkan perjalanan ke Hutan Mati. Di pondok Saladah tidak ada petunjuk jelas jalan ke arah hutan mati.Ada petunjuk arah namun harus melewati sungai yang berlumpur. Kami memilih untuk memutar dan melalui hutan. Di dalam hutan ada beberapa jalan bercabang sebelum memilih cabang jalan kami memutuskan untuk menunggu saja pendaki yang baru turun dari atas. Karena kebetulan banyak pendaki yang sudah turun maka dapat kami tanyakan jalan yang benar dan dapat melanjutkan perjalanan.

Suatu saat ada jalan bercabang namun kami tunggu lama tidak ada pendaki yang turun. Kebetulan ada dua pendaki pria yang bersama kami. Salah satunya mencoba salah satu cabang jalan dan kami tetap menunggu di bawah. Tidak lama kemudian pendaki tersebut kembali ke tempat kami dan mengabarkan bahwa kondisi jalan di depan jalannya sangat rapat dan banyak pepohonan seperti jarang di lewati dan ada suara erangan harimau. Akhirnya kami lanjutkan perjalanan dengan memilih cabang jalan lainnya yang ternyata benar dan kami bertemu beberapa pendaki yang turun dari atas. 

Pada saat anak-anak makan di camp david diinfokan oleh pemilik kios bahwa di Tegal Alun masih terdapat Harimau dan hal ini disampaikan anak-anak kepada penulis. Namun penulis besarkan hati anak-anak bahwa jenis harimau yang ada di sana biasanya adalah harimau jenis macan kumbang atau macan tutul yang ukurannya relatif kecil. Dan biasanya mereka takut kepada manusia, apalagi jika jumlah orangnya banyak.

Hutan Mati
Akhirnya kami tiba di hutan Mati namun kami tertinggal oleh dua pendaki tadi, maklum bagi anak-anak ini pengalaman pertama mendaki sedangkan penulis sendiri hampir menjadi manusia setengah abad, jadi ga bisa digas kenceng deh. Di hutan mati kami bertemu dengan seorang pendaki yang menuju ke pondok saladah namun kelihatannya mengambil rute jalan pintas yang ditutup. 
Kondisi di Hutan mati banyak pohon-pohon mati yang tinggal batang dan dahannua saja tanpa daun. Mungkin mati karena erupsi pada saat gunung Papandayan meletus. Kondisi jalan terdiri dari bebatuan kapur yang lunak dan licin karena hujan mulai lebat. Di Hutan mati banyak sekali cabang jalan dan semua cabangnya banyak sekali jejak kaki para pendaki, hingga sangat membingungkan kami,

Kami sempat berhenti lama di sini dan ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanan. Orientasi  GPS dengan peta yang kami siapkan sebelumnya juga kurang membantu karena peta yang kami siapkan kurang akurat. Sedangkan navigasi dengan peta google juga tidak bisa dilakukan karena tidak ada signal dan kalaupun ada internet sangat lambat. Akhirnya kami putuskan jika sampai jam 12 siang tidak ada pendaki yang turun atau naik untuk ditanya maka kami akan kembali turum.
foto hutan mati

 Beruntung sebelum jam 12 siang ada beberapa pendaki yang turun dan dapat ditanyakan arah ke Tegal Alun. Dari para pendaki tersebut baru kami ketahui bahwa meskipun banyak cabang jalan di hutan mati, namun arah ke tegal alun sudah banyak ditandai dengan tali rafiah atau botol yang diikat di pohon atau juga lakban yang ditempelkan di cabang-cabang pohon.

Dengan bekal info tersebut akhirnya kami berani melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan ke Tegal Alun termyata kami banyak bertemu dengan pendaki yang turun ataupun yang akan naik yang menyalib kami.Kondisi hujan lebat membuat medan menjadi berat dan licin. Jalan setapak berubah menjadi saluran air. Beberapa kali kami terpeleset jatuh karena licinnya jalan.

Tegal Alun
Sekitar jam 12:30 siang akhirnya kami tiba di Tegal Alun. Tegal alun merupakan suatu dataran lembah yang luas sekitas 1/2 km2 yang dipenuhi oleh hamparan tumbuhan edelweis. Terdapat beberapa pendaki yang mendirikan tenda di sini, meskipun di pondok sladah ada tulisan larangan untuk berkemah di Tegal Alun.



Setelah puas menikmati panorama tegal alun dan berfoto ria kami turun kembali. Kami memang tidak berniat ke puncak karena memang kami kurang tertarik untuk ke puncak. Bagi penulis daya tarik puncak gunungg Papandayan kurang menarik jadi kami putuskan kembali ke bawah ke camp david.

Tantangan perjalanan turun ternyata tidak kalah dengan menanjak. Jika saat menanjak tantangannya adalah nafas yang mau habis maka pada saat turun adalah jalan yang licin yang membuat kami berulang kali terpeleset jatuh serta hawa dingin yang mulai menusuk tulang. Pada saat turun kondisi pakaian kami mulai basah karena ternyata jas hujan tembus oleh lebatnya hujan. Perjalanan yang kami lakukan juga tidak bisa cepat karena kondisi anak pertama yang keseleo pada saat terpeleset jatuh. Perjalanan yang lambat membuat kondisi badan relatif tidak mengeluarkan panas atau keringat di tambah pakaian yang basah membuat kami menggigil kedinginan.

Pada saat mendekati Pondok Saladah kami mencoba jalan pintas melalui jalan rawa berlumpur. Ternyata pilihan kami salah dan ada kejadian anak nungsu saya kehilangan alas kakinya di telan lumpur yang cukup dalam. Disini kami benhenti beberapa saat mencoba menemukan alas kaki tersebut namun tidak berhasil. Kondisi ini membuat kami semakin bertambah kedinginan.

Tadinya kami berencana membersihkan diri dan berpakaian di pondok Saladah. Namun ternyata kondisi di pondik Saladah sanagat ramai. Terlihat antrian panjang di toilet. Akhirnya kami disini membersihkan diri sekedarnya dengan menggunakan air mineral perbekalan kami. Setelah membeli beberapa air mineral dan sandal jepit kami langsung melanjutkan perjalanan ke Gober Hut.

Di pos Gober Hut inilah kami berhenti, membersihkan diri, berganti pakaian kering dan menikmati santapan nasi goreng seperti telah kami tuliskan di atas. Setelah berganti pakaian

Yang membuat penulis senang adalah ternyata anak-anak tidak kapok untuk mendaki gunung dan bersedia jika di ajak naik gunung lagi. 



No comments:

Post a Comment

;nnpz','_tapgmz');