Gunung Sindoro adalah sebuah gunung yang memiliki ketinggian cukup tinggi yaitu sekitar 3153 m di atas permukaan laut. Gunung Sindoro atau sering juga disebut gunung Sundoro terletak di dalam wilayah kabupaten Wonosobo dan kabupaten temanggung.
Ada beberapa jalur favorit pendakian ke puncak gunung Sindoro yaitu
Pertigaan ke Pos I / II 7°16'16.27"S, 109°59'9.62"E altitude 1.807 m
Dari base camp ke pertigaan ini jalan masih aspal meski tidak terlalu mulus. Selanjutnya jalan dari pertigaan ini berupa jalan makadam (jalan yang disusun dari batu-batu).
IV. POS II 7°16'50.07"S, 109°59'18.11"E altitude 2.070 m
Ada beberapa jalur favorit pendakian ke puncak gunung Sindoro yaitu
- Jalur Kledung, letaknya di jalan raya Wonosobo-Temanggung dekat perbatasan Temanggung-Wonosobo.
- Jalur Sigedang/Sikatok kecamatan kejajar kabupaten Wonosobo.
Jalur Kledung merupakan jalur favorit karena akses angkutan umum mudah dan tingkat kesulitan medium, namun jarak tempuh lebih jauh dibandingkan via Sigedang.
Jalur Sigedang merupakan jalur terdekat ke puncak Sindoro, namun memiliki tanjakan yang sangat tajam. Untuk ke base camp Sigedang tidak ada kendaraan umum reguler. Namun tidak perlu khawatir basecamp Sigedang tetap dapat diakses kendaraan. Untuk kendaraan umum dapat menggunakan angkutan umum Wonosobo-Dieng turun dipertigaan arah ke Tambi. Selanjutnya dari sini dapat menggunakan Angkutan bak terbuka ke dan turun di balai Desa Sigedang. Dari Balai desa Sigedang ke Basecamp Sigedang dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 5 menit.
Kami sendiri memilih rute pendakian via Sigedang dengan beberapa alasan yaitu :
- Rute pendakian tercepat.
- Dari Basecamp ke Pos II (2.070 m) dapat menggunakan kendaraan
- Transportasi bukan masalah karena kami membawa kendaraan sendiri.
Berikut ini data perjalanan kami dilengkapi dengan koordinat lokasi masing-masing pos yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi para pendaki.
Peta Rute Pendakian Gunung Sindoro
I. Berangkat dari Jakarta 5-5-2016
Kami berangkat bertiga saja, yaitu saya dengan putra dan putri saya. Berangkat tanggal 5 Mei 2016 pada saat Long week end. Kami berangkat jam 3 dinihari untuk menghindari kemacetan dalam kota dan tol cikampek. Singkatnya kami tiba di Wonosobo sekitar jam 17:30 dan menuju Dieng untuk mencari penginapan. Sayangnya jalan menuju Dieng macet Parah. Karena kondisi kami yang sudah cukup lelah kami putuskan untuk turun kembali menuju Wonosobo untuk menginap di wonosobo saja. Sepanjang perjalanan turun tersebut terdapat beberapa homestay yang kami singgahi, namun semuanya penuh. Untuk mempersingkat pencarian hotel kami berhenti di salah satu homestay. Dengan bantuan data hotel dari internet kami coba menelpon hotel-hotel yang ada di Wonosobo, dan hampir semuanya penuh hingga akhirnya dapat sebuah hotel yang masih ada kamar kosong. Tadinya jika tidak mendapatkan hotel kami bermaksud menginap di base camp saja.
II. Mulai Pendakian
Hotel yang kami tempati fasilitas sangat minim dan tidak tersedia sarapan. Selesai shalat subuh saya ke alun-alun Wonosobo mencari sarapan. Setelah selesai sarapan, mandi, dan repacking kami cekout hotel dan menuju ke base camp. Dari hotel berangkat 07:30 dan tiba di base camp jam 08:30.
III. Base Camp Sigedang 7°15'54.39"S, 109°58'30.52"E, Altitude 1.629 m
Base Camp Sigedang ini cukup mudah ditemukan. Setelah tiba di balai desa Sigedang, ada pertigaan dan ada banner bertuliskan basecamp Gunung Sindoro, ikuti saja petunjuknya jaraknya sekitar 120 m saja dari pertigaan tersebut.
Di depan base camp terdapat pelataran yang dapat digunakan untuk parkir atau menitipkan motor. Untuk kendaraan roda empat dapat parkir diseberang base camp. Di sebelah basecamp terdapat masjid yang bagus dan besar. Para pendaki dapat memanfaatkan fasilitas kamar mandi di masjid ini. Terdapat dua buah kamar mandi di masjid ini, satu untuk wanita dan satu untuk pria.
Di basecamp ini pendaftaran biayanya Rp. 10.000,- penitipan mobil Rp 20.000,-, Angkutan ke pos II dengan menggunakan kendaran bak terbuka Rp 15.000 per orang atau Rp 150.000 per sekali angkut.
Di Basecamp Sigedang tiap rombongan diberikan satu buah peta, dan briefing sebelum pendakian oleh pengelola basecamp.
Pada saat tiba di base camp terdapat 8 orang pendaki dari Bekasi sedang sarapan. Jadi kami menunggu mereka selesai persiapan untuk diangkut dengan kendaraan bak terbuka ke POS II. Dengan kendaraan waktu tempuh ke POS II 30 menit sedangkan jika berjalan kaki ditempuh sekitar 2 s/d 3 jam.
Beberapa km dari Basecamp Sigedang sebenarnya juga ada basecamp Sindoro yang terletak di desa Sikatok. Namun karena lokasi desa Sigedang lebih dekat, maka kami memilih basecamp Sigedang untuk memulai pendakian.
Pertigaan ke Pos I / II 7°16'16.27"S, 109°59'9.62"E altitude 1.807 m
Dari base camp ke pertigaan ini jalan masih aspal meski tidak terlalu mulus. Selanjutnya jalan dari pertigaan ini berupa jalan makadam (jalan yang disusun dari batu-batu).
Pertigaan entry point ke gunung sindoro
Pos I 7°16'26.96"S, 109°59'15.67"E, altitude 1883
Pos I ini merupakan shleter yang cukup luas yang biasa digunakan kebun teh. Saat berangkat tidak melewati Pos I karena menggunakan kendaraan. Namun saat turun karena tidak ada kendaraan yang menjemput di Pos II. Maka terpaksa berjalan kaki melewati Pos I ini karena rutenya lebih singkat.
IV. POS II 7°16'50.07"S, 109°59'18.11"E altitude 2.070 m
Kami berangkat dari basecamp jam 09:08 dan tiba di POS II jam 09;38. Jika anda membawa kendaraan sendiri ke POS II, maka setelah anda masuk jalan Makadam dari jalan raya, ada pertigaan, ambil jalan yang ke kiri karena jalannya lebih baik.
POS II ini berupa Shelter dengan atap Seng yang cukup luas. POS II ini dapat digunakan untuk beristirahat.
V. POS Perhutani 7°16'59.70"S, 109°59'20.40"E, altitude 2165 m
Jalur dari POS II ke POS perhutani melewati perkebunan teh dengan jalan tanah dan tanjakan yang tidak terlalu tajam.
Pukul 10:18 kami tiba di POS perhutani. Tidak ada shelter di POS ini, hanya terdapat lahan datar yang dapat digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Pos ini merupakan batas antara Perkebunan teh dengan hutan.
VI. POS III BATU TULIS 7°17'18.10"S, 109°59'30.10"E Altitude 2.424 m
Jalur dari POS Perhutani ke POS III melewati hutan. Jalur ini masih berupa jalur tanah dan sebagian berbatu. Tanjakan jalur ini sudah semakin tajam dan cukup menguras tenaga. Kami tiba di Pos ini pukul 12:38. Hanya ada plang Pos III namun sulit untuk mendirikan tenda disini karena tempat yang datar sangat sempit
Pos III Batu Tulis
VIII. POS KAWASAN BATU/WATU SUSU 7°17'23.20"S, 109°59'34.10"E altitude 2.508 m
Pos Kawasan Batu terdapat beberapa lahan untuk membuat tenda meskipun kurang ideal karena tidak rata. Perjalanan dari Pos II ke Watu Susu didominasi hutan dengan tanjakan tajam yang sangat menuras tenaga. Kondisi jalan ke Pos ini berupa campuran tanah dan bebatuan. Kami tiba di pos ini jam 13:41. Di Pos ini hujan mulai turun, namun karena intensitas hujan tidak terlalu lebat kami tetap melanjutkan pendakian dengan mengenakan jas hujan lengkap.
Pos Kawasan Batu/Watu susu
IX. POS IV GARDU PANDANG
Pendakian dari Watu susu ke Gardu pandang benar-benar menguras stamina dan menguji mental. Tanjakan terjal dengan kemiringan lebih dari 45 derajat menghadang sepanjang perjalanan. Pohon-pohon mati bekas kebakaran mewarnai tahapan ini. sebagian besar tahapan ini berupa bebatuan campur tanah.
Sebelum sampai tiba di gardu pandang hujan semakin lebat, maka kami putuskan untuk berhenti. Kami menggunakan payung dan flysheet untuk melindungi diri dari hujan yang cukup lebat. Cukup lama kami berhenti menunggu hujan reda, hampir dua jam. Selama menunggu tersebut kami sempat tertidur sampai bermimpi. Karena posisi kami duduk maka ketika terbangun dari tidur, kaki kami mengalami kesemutan/kram.
Pendakian dari Watu susu ke Gardu pandang benar-benar menguras stamina dan menguji mental. Tanjakan terjal dengan kemiringan lebih dari 45 derajat menghadang sepanjang perjalanan. Pohon-pohon mati bekas kebakaran mewarnai tahapan ini. sebagian besar tahapan ini berupa bebatuan campur tanah.
Sebelum sampai tiba di gardu pandang hujan semakin lebat, maka kami putuskan untuk berhenti. Kami menggunakan payung dan flysheet untuk melindungi diri dari hujan yang cukup lebat. Cukup lama kami berhenti menunggu hujan reda, hampir dua jam. Selama menunggu tersebut kami sempat tertidur sampai bermimpi. Karena posisi kami duduk maka ketika terbangun dari tidur, kaki kami mengalami kesemutan/kram.
Berlindung dari hujan dengan menggunakan payung dan flysheet
Hujan berhenti dan siap melanjutkan pendakian
Kondisi Tanjakan menuju Pos Gardu Pandang. Tanaman edelweis mulai terlihat
Pos gardu Pandang
Sekitar jam 18:30 kami tiba di Gardu Pandang. Di Pos ini hanya ada plang bertusliskan pos Gardu Pandang. Tempat ini kurang ideal untuk mendirikan tenda. Kami istirahat disini mengisi perut. Sayangnya disini kami tidak sempat mencatat kordinat. Namun seingat kami ketinggian pos ini sekitar 2800 an meter.
Setelah mengisi perut kami lanjutkan perjalanan. Sekitar jam 22:00 phisik kami sudah mulai drop sehingga kami putuskan untuk istirahat dan mendirikan tenda. Saat itu ketinggian sekitar 2950 m. Di tempat kami berhenti sudah ada dua tenda yang berdiri. Masih ada sedikit tempat yang datar. Meskipun sempit kami paksakan mendirikan tenda disini. Hasilnya sebagian tenda menempati lahan yang miring. Saat mendirikan tenda kami sempat menggigil kedinginan terkena hembusan angin dingin.
Selesai mendirikan tenda kami langsung berganti pakaian dan tidur, dan tidak mengisi perut terlebih dahulu. Hasilnya sekitar dini hari saya dan putri saya terbangun menggigil kedinginan. Jaket dan sleeping bag tidak mampu menahan hawa dingin. Kami coba masak untuk mengisi perut dan membuat minuman hangat. Namun karena asam lambung terlanjur naik maka makanan yang masuk tidak bisa diterima perut. Saya dan anak laki-laki saya muntah-muntah dinihari itu. Sialnya obat magh tidak terbawa.
Pagi hari kami mencoba minta obat magh ke tenda sebelah, dan alhamdulilah mereka membawa. Setelah minum obat magh rasa mual mulai hilang dan perut bisa diisi kembali.
Setelah berkemas kami melanjutkan perjalanan. Tahapan Watu Susu ke Sabana memang merupakan tahapan terberat. Sepanjang tahapan ini terdapat beberapa tempat yang dapat digunakan untuk mendirikan tenda namun rata-rata hanya untuk satu atau dua tenda.
Sabana terdapat tempat yang dapat digunakan untuk mendirikan banyak tenda. Ke atas lagi sekitar puncak terdapat pelataran yang sangat luas yang dapat menampung puluhan tenda. Namun saat kami melakukan pendakian status gunung sindoro sedang agak aktif. Pada saat di Basecamp kami disarankan untuk tidak mendirikan tenda dipelataran tersebut, dikhawatirkan aktifitas gunung Sindoro mengeluarkan gas beracun dari kawah, sedangkan lokasi pelataran tersebut terlalu dekat dengan kawah. Posisi Sabana sendiri tidak terlalu jauh dari kawah, namun juga tidak terlalu dekat sehingga lebih aman untuk mendirikan tenda disana.
Telat makan itu yah, saya juga kali telat makan gitu, pasti tidak akan mau makan nasi penggantinya yah cemilan, waktu saya melakukan
ReplyDeletependakian gunung Sindoro via kledung" juga kehabisan air, amsyomm